Tuesday, May 23, 2017

Bahagia Adalah Sebuah Tombol Otomatis

Bahagia tidak perlu dideskripsikan dengan sebuah narasi panjang yang dapat menimbulkan kesan bahwa bahagia itu adalah sebuah perjuangan.
Bahagia itu sederhana
Bahagia itu kita yang ciptakan
Bahagia itu tidak tergantung dari bagaimana orang memberi reaksi atas aksi seseorang.
Bahagia berdiri sendiri
Ia ada di sekitar kita, ia pergi kemanapun ia suka.
Ia siap menambatkan hati pada siapapun
Tak perlu lah kau mencari kemana bahagia itu..
Jika bahagia adalah sebuah tombol otomatis, kau akan memencetnya saat kau sedang sedih atau menderita.
Namun, jika bahagia adalah teman sejati mu, maka ia akan selalu ada kapanpun kau membutuhkannya.
Bahagia berteman dengan penderitaan, bahkan sedemikian tipis perbedaan antara bahagia dan kesedihan. Bagaikan sebuah kulit ari dengan cangkangnya, jika kau merobek kulit ari tersebut, maka sebuah cangkang tidaklah dapat disebut sebagai sebuah bakal kehidupan lagi, namun menjadi bagian kehidupan itu sendiri.
Banyak orang yang menangis karena kesedihan hati dari sebuah harapan yang hancur berkeping-keping. Tetapi ada pula orang yang menangis terharu karena sebuah pencapaiannya terhadap hidup, penghargaan seseorang terhadap suatu perbuatan atau tingkah laku, atau sebuah kelegaan hati karena hidupnya bisa diterima oleh orang di sekitarnya.
Bahagia dan kesedihan bagaikan sebuah dua sisi mata uang logam. Kita dapat memilih kapan akan memutar.
Lalu, kemudian darimanakah bahagia dan kesedihan itu berasal? Apakah ia punya waktu, tempat, alat, ataupun seseorang untuk memanifestasikannya?
Jawabannya, tidak perlu semua itu.. Bahkan tidak perlu kau cari hingga ke ujung dunia sekalipun. Tak perlu kau cari ke tempat hingar bingardi ibukota, tak perlu kau cari ke gunung, pantai, laut, ataupun tempat-tempat tertentu.
Bahagia itu ada di dalam diri kita sendiri.
Diri kita sebagai nakhoda kapal yang berhak mengatur kemana hidup kita ini akan berlayar atau berlabuh.
Kau tinggal memencet tombol bahagia itu, ketika kau sedang merasa sedih, merasa terabaikan, merasa tidak dianggap, ataupun merasa seseorang berbuat yang tidak menyenangkan kepada kita.
Kita dapat mengatur kapanpun kita akan memencet tombol bahagia itu. Begitupula dengan tombol kesedihan, tombol itu akan tetap aktif sebagai tombol kesedihan jika memang kita ingin terlalu larut dalam kesedihan. Karena baik tombol bahagia dan kesedihan itu memiliki sisi kegunaannya masing2.
Tombol kesedihan, akan mengantarkan kita pada suatu kehidupan yang berisi penderitaan hidup yang penuh caci maki, iri hati, dan dengki, pembalasan dendam, memandang setiap orang adalah sebuah objek untuk dipersalahkan, bahkan pemikiran orangpun bisa kita pandang dengan asumsi yang berbeda-beda.
Sebaliknya, tombol kebahagiaan akan memberikan kita kedamaian hidup, memandang perbedaan sebagai suatu hal yang unik, memandang orang lajn sebagai bagian diri kita sendiri sehingga memandang kesalahan orang lain adalah sama dengan bagaimana kita memandang kesalahan kita sendiri. Kemudian kita senantiasa hidup dalan pikiran tenang dan jernih, tanpa bergegas atau bingung, mencintai tiap orang dengan motif termulia, dan terutama tidak ragu pada Tuhan sedikitpun
Marilah kita coba berkaca pada diri kita masing-masing. Orang lain itu adalah pencerminan dari diri kita sendiri. Kita dapat memandang perbuatan seseorang sebagai suatu tindakan yang menyakitkan jika kita memberi makna kepada objek tersebut, dan menjadikan orang tersebut sebagai ego kita. Dimana orang lain harus seauai dengan apa yang kita inginkan. Jika tidak, kita akan merasa tersakiti.
Seorang guru mengatakan kepada saya bahwa biarlah orang lain sibuk memupuk dengan kebenciannya. Namun apakah kita harus membalasnya dengan perbuatan atau pemikiran yang serupa? Jawabannya Tidak.. Orang boleh menabur benih kebencian, tetapi kita boleh sebaliknya menabur benih cinta kepada orang tersebut atau orang di sekitar kita. Karena petani hidup tahu apa yang akan ia panen nanti.